A. Pengertian Data
Dalam statistik, data merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa data, statistika bagaikan badan tanpa nyawa. Sebab, apa yang akan dikumpulkan, diuji dan diinterprestasikan adalah kumpulan data. Sehingga keberadaan data menjadi mutlak. Data yang dimaksud data dalam statistika adalah kumpulan informasi dari suatu objek. Data bisa berbentuk bilangan maupun nonbilangan.[1]
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu kejadian atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya.
Pengertian lain tentang data ialah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka-angka (Suharsimi, 1999).[2]
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data memegang peranan yang sangat penting dalam mendapatkan informasi yang akurat. Data yang diperoleh dengan cara yeng benar akan menghasilkan kesimpulan yang valid.
1. Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahapan pengumpulan data, bisa dibagi menjadi dua tahap, yaitu :
a) Tahap Persiapan
- Menentukan dan merumuskan tujuan penelitian secara baik
- Menentukan metode yang akan digunakan
- Menentukan teknik pengumpulan data
- Menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat menjawab tujuan
- Menentukan tempat dimana dat dikumpulkan dan jumlah responden
- Menentukan siapa pelaksana pengumpulan data
b) Tahap Pelaksanaan
- Pengumpulan data
- Supervisi lapangan sebelum data dibawa untuk diolah[3]
2. Cara Mengumpulkan Data
Dilihat dari segi luasnya elemen yang menjadi objek penelitian, pengumpulan data statistik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sensus dan sampling.
a) Sensus
Sensus ialah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meneliti seluruh elemen yang menjadi objek penelitian. Dengan kata lain, sensus adalah pencatatan data secara menyeluruh (complete enumeration) terhadap elemen yang menjadi objek penelitian, tanpa pengecualian. Kumpulan dari seluruh elemen inti disebut populasi. Jadi pengumpulan data dengan menggunakan cara sensus, objek penelitiannya adalah populasi.
Keuntungan menggunakan, hasil yang diperoleh merupakan nilai karakteristik yang sebenarnya, karena sasaran penelitian mencakup keseluruhan objek yang berada dalam populasi. Adapun kelemahannya ialah, sensus merupakan cara pengumpulan data yang banyak memakan waktu, tenaga, dan biaya.[4]
b) Survei
Survei adalah cara pengumpulan data pada sebagian objek yang akan diamati atau diukur dengan menggunakan teknik sampling.[5]
Dalam buku Pengantar Statistik Pendidikan, Anas Sudijono mendefinisikan sampling sebagaia suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang menjadi objek penelitian. Dengan kata lain, sampling adalah cara mengumpulkan data dengan mencatat atau meneliti sampelnya saja.
Dalam hal ini, survei memiliki beberapa keuntungan yaitu biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena hanya sebagian anggota populasi saja yang diteliti, waktu yang dibutuhkan sebentar. Hal ini disebabkan karena data yang dikumpulkan tidak banyak. Keuntungan lain dari survei adalah tenaga yang dikeluarkan sedikit.[6]
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan (laboratorium), terhadap objek yang diteliti (populasi). Pengamatan disebut juga penelitian lapangan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti.[7]
Pengumpulan data dengan teknik wawancara mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: fleksibel karena urutan pertanyaan tidak harus sesuai dengan daftar pertanyaan, jawaban dapat diperoleh dengan segera, dapat menilai sikap dan kebenaran jawaban yang diberikan oleh responden dalam mengingat hal-hal yang lupa.
Disamping keuntungan tersebut, pengumpulan data dengan teknik wawancara juga memiliki beberapa kerugian atau kekurangan yaitu: relatif membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang besar, dapat menimbulkan kesalahan atau bias yang berasal dari pewanwancara maupun responden, bila pertanyaan yang diajukan terlalu banyak maka akan melelahkan sehingga kualitas data akan menurun.
c. Pengukuran (measuring)
Proses pengambilan data dengan menggunakan alat ukur kita sebut dengan pengukuran. Kegiatan pengumpulan data dengan cara pengukuran biasanya dilakukan pada penelitian-penelitian laboratorium, penelitian kesehatan, dan lain-lain.
d. Tes dan skala obyektif
Tes dan skala obyektif adalah suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan tes kepada obyek yang diteliti. Dalam tes ini, peneliti hanya memberikan lembaran berupa daftar pertanyaan yang mengarah pada karakteristik seseorang. Kelemahan tes ini adalah hanya bisa dilakukan kepada orang yang bisa membaca. Sedangkan responden yang buta aksara harus dilakukan wawancara.
e. Angket (kuesioner)
Angket ialah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden. Jawaban diisi sendiri oleh responden tanpa bantuan dari responden lain maupun peneliti. Sehingga pertanyaan harus jelas dan tidak meragukan bagi responden. Jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar isian yang diterima.[8]
f. Penelusuran literatur
Penelusuran literatur adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari peneliti sebelumnya. Penelusuran literatur disebut juga pengamatan tidak langsung.[9]
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah strategi yang diterapkan oleh peneliti selama proses pengambilan sampel. Proses ini dilakukan ketika para peneliti bertujuan untuk menarik kesimpulan untuk seluruh populasi setelah melakukan penelitian pada sempel yang diambil dari populasi yang sama. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi.
1. Syarat Sampel yang Baik
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama: Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolak ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.
Kedua: Presisi. Kriteria kedua, sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
2. Teknik Penentuan Ukuran Sampel
Ukuran sampel adalah jumlah sampel minimal yang harus diambil dari populasi agar sampel minimal dikatakan representatif (mewakili). Penentuan ukuran sampel tergantung dari populasinya yakni dilihat dari homogenitas populasi dan besar populasi.
Berikut berbagai cara dalam menentukan ukuran sampel.
a) Pendapat Slovin
Rumus Slovin memungkinkan peneliti untuk mengambil sampel dengan tingkat akurasi yang diinginkan. Artinya, peneliti memiliki keleluasaan tentang berapa besar ukuran sampel yang perlu diambil dengan cara menentukan besarnya tingkat kesalahan (error) yang diinginkan.
Slovin mengemukakan bahwa jumlah sampel minimal agar representatif adalah :
Keterangan:
n = jumlah sempel
N = jumlah Populasi
e = prosentasi kelonggaran kesalahan (misal 2%)
b) Pendapat Gay
Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan adalah:
(1) Untuk penelitian deskriptif, minimal 10% populasi.untuk populasi relatif kecil minimal 20% populasi. Dengan kata lain jumlah sampel antara 10% sampai 20%
(2) Untuk penelitian menggunakan teknik analisis korelasional minimal 30 obyek.
c) Pendapat Kracjie
Hampir sama dengan Sovlin, hanya Kracjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, terdapat dua teknik dalam mengambil sampel, yaitu:
a. Probability / Random Sampling
Pengambilan sampel secara acak merupakan pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
1) Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika populasinya homogen dan analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.
Prosedurnya:
- Susun sampling frame
- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2) Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini digunakan jika unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian.
Prosedurnya:
- Siapkan sampling frame
- Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
- Tentukan jumlah sampel secara keseluruhan
- Tentukan jumlah sampel dalam setiap strata
- Pilih sampel dari setiap strata secara acak
3) Sampel Pengelompokan/Gugusan (Clustur Sampling)
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus.
Prosedurnya:
- Susun sampling frame berdasarkan gugus (pada kasus di atas, elemennya ada 100 departemen)
- Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
- Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
- Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sampel
4) Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambilan data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapt digunakan.
Prosedurnya:
- Susun sampling frame
- Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
- Tentukan K (kelas interval)
- Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random
- Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih
- Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
5) Sampel Wilayah (Area Sampling)
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
Prosedurnya:
- Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Provinsi), Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa
- Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel
- Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya
- Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
b. Sampel Tidak Acak
1) Accidental Sampling
Dalam teknik ini, anggota populasi yang ditemui peneliti dijadikan sampel. Sampel dipilih dengan pertimbangan kemudahan (Convenience Sampling).
2) Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Ada dua varian dari purposive sampling, yaitu:
(a) Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untu dijadikan sampel penelitiannya.
(b) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secar acak melainkan secara kebetulan saja.
3) Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti mengiginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar